Tokoh10 views

 

Inspirasi Haji Sagi: Kisah Anak Pedagang Cabai nan Sukses Jadi Raja Emas Jakarta Karena Patuh pada Ibu!

Nama H. Azwar Wahid mungkin terdengar formal, namun di telinga masyarakat Padang Pariaman, khususnya di Aur Malintang, nama Haji Sagi adalah simbol kedermawanan dan keberhasilan perantau sejati. Dari seorang anak pedagang cabai dan ikan asin yang sederhana, ia menjelma menjadi raksasa bisnis emas di tanah Jawa, membuktikan bahwa restu ibu adalah jimat paling ampuh dalam berniaga.

Batal Jadi Pasukan Elit Demi Perintah “Amak”
Kisah sukses Haji Sagi dimulai dari sebuah pengorbanan besar. Di masa mudanya, ia nyaris bergabung dengan pasukan elit Angkatan Laut (KKO). Namun, sang ibu (Amak) berat hati melepas putra bungsunya pergi berperang. Sebagai anak yang patuh, Azwar memilih membatalkan karier militernya.

Sempat mencoba peruntungan sebagai guru PNS selama setahun, insting niaganya bergejolak. Merasa dunia pegawai bukan jalannya, ia banting setir belajar berdagang emas pada kakaknya. Di sinilah mental baja sang pengusaha mulai terbentuk.

Menaklukkan Jakarta: Dari Gram ke Ratusan Karyawan
Tahun 1971 menjadi titik balik hidupnya. Dengan modal nekat dan finansial seadanya, ia mengadu nasib ke Jakarta. Memulai dari toko kecil yang hanya menjual emas ukuran gram-graman, Haji Sagi melewati lima tahun pertama yang penuh liku dengan kesabaran luar biasa.

Ketekunan itu membuahkan hasil. Hanya dalam waktu empat tahun, satu tokonya berkembang menjadi empat. Reputasinya kian mentereng hingga sebuah majalah nasional di Jakarta menjulukinya sebagai “Raja Emas dari Andalas”. Kini, ia telah membina ratusan pengusaha toko emas yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia.

Sosok “Mamak” yang Menjaga Kampung Halaman
Bagi Haji Sagi, kekayaan tak ada gunanya jika tidak membawa manfaat bagi dunsanak. Ia dikenal sangat peduli pada warga kampung halamannya di Aur Malintang. Setiap tahun, tradisi Open House di kediamannya selalu dinanti. Ribuan warga diundang makan bersama dan diberikan santunan sebagai bentuk syukur atas rezeki di rantau.

Tak hanya berbagi materi secara langsung, Haji Sagi adalah motor penggerak pembangunan di kampungnya. Melalui pengaruhnya, berdiri megah berbagai instansi pendidikan seperti SMK, MAN, hingga MTs. Saat gempa 2009 meluluhlantakkan masjid tua peninggalan Belanda di kampungnya, ia merangkul para pengusaha muda binaannya untuk bersama-sama membangun kembali rumah ibadah tersebut.

Membangun Jembatan Hati Ranah dan Rantau
Di perantauan, Haji Sagi adalah tokoh pemersatu. Ia mempelopori berdirinya Ikatan Keluarga Ampek Koto Aur Malintang (IKAKO), sebuah wadah untuk mempererat silaturahmi perantau sekaligus jembatan untuk membangun kampung halaman.

“Saya ingin masyarakat kita sejahtera lahir batin, maju, dan berkembang penuh karomah,” ungkapnya dalam sebuah kesempatan.

Kisah Haji Sagi adalah pengingat bagi setiap perantau Minang: setinggi apa pun terbang di rantau orang, jangan pernah lupakan akar di kampung halaman, dan sejauh apa pun melangkah, jangan pernah lepaskan doa orang tua.

Sumber: Haluan

#HajiSagi #PadangPariaman #AurMalintang #UrangAwak #RajaEmasAndalas #InspirasiPerantau #TokohMinang #SaudagarMinang #SumbarRancak #PadangPariamanRancak #MakinTahuIndonesia

News Feed