Oleh : Idat Mustari*
Kerusuhan Mei 1998 adalah sejarah kelam bangsa Indonesia. Banyak toko dan perusahaan dihancurkan oleh amuk massa—terutama milik warga Indonesia keturunan Tionghoa. Saat itu masa seperti kerasukan bukan saja ada pengrusakan, penjarahan bahkan pemerkosaan. Tragedi saat itu merubah potret Bangsa Indonesia yang terkenal ramah, pemaaf, penyabar jadi agresif.
Agresif adalah prilaku kekerasan dan menyakiti orang lain. Ahli Psikologi Berkowitz (1993), mengartikan agresivitas sebagai bentuk perilaku yang bertujuan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun psikis. Saya berpikir pada waktu kerusuhan Mei 1998 adalah perilaku agresif bangsa ini yang pertama dan terakhir tetapi ternyata tidak, berbagai peristiwa kekerasan terjadi kembali hingga saat ini.
Berita tawuran antar siswa, antar kelompok masyarakat, atau bentrok ormas lawan ormas, Ormas lawan LSM, LSM lawan LSM, kerap terjadi. Bisa karena hal sepele, perebutan lahan parkir, atau hal-hal lainnya yang ga jelas akar masalahnya. Dalam tawuran, bentrokan selalu ada korban yang terluka hingga harus merenggang nyawa. Bayangkan dan sungguh memprihatikan hanya karena tegur sapa tak dibalas, bisa menjadi pemicu kakak kelas melakukan penganiayaan adik kelasnya, seperti yang terjadi SMA di Pidie Jaya, Aceh.
Berita santri Gontor yang tewas diduga akibat penganiayaan yang dilakukan seniornya. Pengeroyokan di Ponpes Darul Qur’an Lantaburo Santri Pondok Pesantren Darul Qur’an Lantaburo, Cipondoh, Tangerang, RAP meninggal dunia diduga akibat dikeroyok oleh santri lainnya. Dua peristiwa itu sangatlah memprihatinkan sebab terjadi di pasantren. Pasantren yang pasti dibayangkan oleh semua orang terutama orang tua santri adalah tempat yang bukan saja memperdalam ilmu agama, tafsir, hadis, fiqih, nahwu shorof dan ilmu agama lainnya tetapi juga akhlak, tak luput dari prilaku agresif
Aksi agresif yang paling anyar terjadi di bangsa ini adalah kerusuhan pada pertandingan sepak bola di Stadion Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur, Sabtu 1 Oktober 2022 malam. Tercatat 132 orang telah dinyatakan meninggal dunia. Melalui Media sosial bagaimana mencekamnya saat itu. Tontonan sepak bola yang seharusnya menjadi cara menghibur diri jadi cara bunuh diri. Ratusan orang turun ke lapangan menyerang Polisi yang bertugas menjaga keamanan. Polisi yang seharusnya menjadi pelindung, pengayom,pelayan membalas dengan gas air mata. Ratusan penonton laksana musuh dalam sebuah pertempuran. Termasuk tendangan Kungfu yang dilakukan oleh oknum anggota TNI pun viral.
Potret prilaku agresif di ranah politik adalah Pilpres 2019, bagaimana terpolarisasinya masyarakat.Polarisasi dua kubu pendukung Joko Widodo dan Prabowo Subianto melahirkan sejumlah istilah yang saling mendegradasi satu sama lain. Istilah itu adalah cebong, kampret, dan kadrun yang menyakiti satu sama lain secara psikis.
Pilres 2024 masih lama, tetapi kearah seperti 2019 sangat besar terulang kembali. Lihat saja bagaimana hari ini, banyak relawan, perkumpulan, komunitas, ormas yang mendeklarasikan dukungan kepada beberapa nama untuk jadi presiden pasca Presiden Jokowi, dan ini adalah bibit-bibit agresif di masyarakat.
Tentu butuh kajian yang mendalam kenapa sebab bangsa yang terkenal ramah,santun, pemaaf menjadi agresif. Namun yang pasti bahwa di bangsa ini telah terjadi krisis adab, moral, akhlaq.
Menyerang, menyakiti, membunuh orang lain sejatinya tidak terjadi di alam manusia, ini hanya terjadi di alam binatang. Hanya binatanglah yang gemar menyerang, menyakiti hingga membunuh.
Memang pada satu saat manusia sebagai mahluk yang mulia pun bisa berubah seperti binatang bahkan lebih rendah. “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS:7/179)
*Pemerhati Sosial, Keagamaan dan Advokat IMS law Firm.