Banjir Kepung Sumatra Barat, Ribuan Warga Terdampak

Daerah16 views

 

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Solok, Sumatera Barat menyatakan ratusan rumah warga terendam banjir akibat debit air Sungai Batang Lembang meningkat setelah hujan lebat mengguyur daerah tersebut.

Kepala Pelaksana BPBD KotaSolok Edrizal di Solok,mengatakan akibat curah hujan yang cukup tinggi dalam waktu yang lama, menyebabkan naiknya debit air di daerah aliran Sungai Batang Lembang, dan menggenangi akses jalan maupun rumah warga, Selasa (25/11/2025)

Berdasarkan informasi yang diterima BPBD, banjir terjadi di Kelurahan Tanah Garam, Kelurahan KTK dan Kelurahan Koto Panjang, dan Sinapa Piliang. Sedangkan pohon tumbang terjadi di Kelurahan Kampung Jawa dan Tanah Garam.

Setelah dihimpun tim BPBD Kota Solok hingga pukul 11.30 WIB, adapun jumlah warga terdampak banjir ada di Kelurahan Tanah Garam sebanyak 480 KK dengan jumlah 973 jiwa 330 rumah, dan ada di antaranya 62 balita 31 lansia. Di Kelurahan KTK, terdampak pada 51 KK dengan188 jiwa dan ada 11 balita 8 lansia.

Di Kelurahan Koto Panjang terdapat 9 KK dengan jumlah 41 jiwa dan terdapat 5 balita 3 lansia dan di Kelurahan Sinapa Piliang sebanyak 18 KK dengan jumlah 73 jiwa, ada di antaranya 15 balita 20 lansia,” ujar Kalaksa. Total yang terdampak, yakni 559 KK dengan jumlah 1.279 jiwa, di mana 93 di antaranya balita dan 62 lansia.

Selain banjir, juga dilakukan penanganan terhadap pohon tumbang di Kelurahan Kampung Jawa. Menimpa rumah warga bernama Asmi Akmal. Saat ini sudah dilakukan pembersihan tapi belum maksimal.
Sedangkan di Tanah Garam, menimpa kabel listrik dan menutupi akses jalan warga namun sudah dibersihkan selesai.
“Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, namun satu rumah mengalami rusak ringan dan satunya lagi rusak berat,” katanya.

Sampai saat ini petugas masih melakukan pendataan dan pemantauan ke lokasi yang rawan banjir.
“Kami telah berkoordinasi dengan OPD terkait, seperti perangkat lurah, dan warga sekitar. Saat ini petugas kami masih di lapangan untuk evakuasi korban terdampak,” ucapnya.

Saat ini, warga membutuhkan alat kebersihan, sembako, family kid, matras selimut. BPBD mengimbau warga untuk terus waspada mengingat kondisi hujan yang masih terjadi.
“Saat ini banjir belum surut dan masih menggenangi pemukiman warga,” kata dia.

BPBD Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar) juga mencatat sekitar 113 kepala keluarga warga setempat mengungsi dampak banjir melanda daerah itu usai curah hujan cukup tinggi sejak 22-25 November 2025.
“Ini merupakan data sementara yang kita himpun dari pemerintah nagari dan berkemungkinan jumlah bertambah,” kata Sekretaris BPBD Agam Endrisasman di Lubuk Basung, Selasa.
Ia mengatakan ke 113 kepala keluarga itu dengan jumlah sekitar ratusan jiwa tersebar di empat kecamatan. Kecamatan Tanjung Mutiara tempatnya di Gadih Angik, Nagari Tiku Lima Jorong sekitar 30 kepala keluarga.
Sementara di Kecamatan Ampek Nagari tempatnya di Anak Aia Gasiang, Nagari Bawan sekitar 50 kepala keluarga. Sedangkan Kecamatan Palembayan sekitar 30 kepala keluarga dan di Kecamatan Tanjung Raya sekitar tiga kepala keluarga.

“Mereka mengungsi ke rumah tetangga yang memiliki ketinggian dari banjir dan kita bakal mendirikan tenda untuk pengungsian,” katanya.

Ia menambahkan saat ini proses evakuasi di Tanjung Mutiara, Palembayan dan Ampek Nagari masih berlanjut bersama Basarnas dan Palang Merah Indonesia (PMI) Agam.
Evakuasi korban menggunakan dua perahu milik BPBD Agam dan satu perahu milik Basarnas.
“Proses evakuasi masih berlanjut dan banjir menggenangi rumah warga sekitar 50 centimeter sampai 1,5 meter,” katanya.

Untuk pemenuhan kebutuhan dasar warga terdampak, diminta pemerintah nagari setempat untuk kebutuhan mereka.
Khusus di Palembayan, kebutuhan makanan disediakan oleh plasma dan PT AMP Plantation.
“Tidak ada korban jiwa akibat banjir melanda empat kecamatan usai curah hujan cukup tinggi semenjak 22-25 November 2025. Untuk kerugian masih didata, karena saat ini fokus dalam penyelamatan warga,” katanya.

Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat menyatakan banjir yang terjadi di empat kecamatan menyebabkan sekitar 121 hektare (Ha) lahan persawahan mengalami kerusakan sehingga kerugian ditaksir mencapai Rp363 juta.
“Kerusakan dan kerugian lahan pertanian terus kita data. Untuk sementara masih di angka 121 hektare lahan sawah yang terdampak,” kata Pelaksana tugas Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Pasaman Barat Afdal di Simpang Empat, Selasa.

Dia mengatakan adapun kerusakan lahan pertanian di kelompok tani Salak Laweh Barat Desa Baru Kecamatan Ranah Batahan yakni sawah seluas 45 hektare dengan kerugian Rp135.000.000.
Di Kecamatan Kecamatan Talamau seluas 30 hektare dengan rincian di Kelompok Tani Saiyo Sinuruik seluas 15 hektare dan pada Kelompok Tani Alai Sinuruik seluas 15 hektare. Total kerugian mencapai Rp90.000.000.
Lalu di Kecamatan Kinali berada di Kelompok Tani Sialang Jaya 1 seluas 10 hektare, Kelompok Tani Sialang Jaya 5 seluas 5 hektare dan pada Kelompok Tani Sialang Jaya 6 seluas 16 hektare.
“Total luas di Kinali ini mencapai Rp300 hektare dengan kerugian Rp90 juta,” katanya.

Untuk di Kecamatan Lembah Melintang kerusakan lahan pertanian berada pada Kelompok Tani Ombak Badabuah Nagari Ranah Koto Tinggi seluas 15 hektare dan pada Kelompok Tani Banja Tongah Sejahtera Tanah Koto Tinggi seluas 1 hektare dengan total kerugian Rp48 juta.

Menurutnya belum terdapat laporan kerusakan lahan jagung, sementara sawah dan tanaman padi tercatat sebagai komoditas yang paling terdampak oleh banjir yang terjadi berturut-turut dalam beberapa hari terakhir.
“Banjir dipicu oleh intensitas hujan tinggi dan cuaca ekstrem yang masih berpotensi berlangsung di wilayah Pasaman Barat,” katanya.

Dia menyebutkan proses pendataan dan assessment lanjutan masih berlangsung untuk memastikan kondisi seluruh lahan pertanian, termasuk kemungkinan munculnya kerusakan tambahan apabila cuaca ekstrem terus berlanjut.

Untuk mengantisipasi kerusakan lebih jauh, pihaknya mengimbau seluruh masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi hujan lebat, luapan sungai, dan genangan yang dapat kembali merusak lahan pertanian.
Mengamankan alat dan sarana produksi dari area rawan banjir untuk mengurangi kerugian tambahan, menghindari aktivitas berisiko di tepian sungai maupun area persawahan saat debit air meningkat.
Selain itu juga diharapkan segera melaporkan dampak kerusakan tambahan kepada pemerintah nagari (desa) atau dinas terkait agar pendataan dapat dilakukan secara akurat.
“Mari tetap waspada dan bekerja sama dalam memitigasi dampak cuaca ekstrem demi keselamatan dan keberlanjutan produksi pertanian di daerah,” harapnya.

Seluas 183 hektare lahan pertanian di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat terendam banjir dari luapan sungai yang tak mampu membendung curah hujan tiga hari terakhir, sebagaimana dilaporkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa hujan deras yang disertai angin kencang dua hari lalu menyebabkan sejumlah aliran sungai meluap dan merendam 21 desa dalam wilayah administrasi delapan kecamatan di Padang Pariaman.
BNPB mengkonfirmasi sebagaimana laporan yang diterima dari tim petugas di lapangan, banjir tersebut sempat surut pada Minggu (23/11) malam, namun karena curah hujan masih tinggi maka hari ini air kembali naik dengan tinggi muka air rata-rata antara 30-150 centimeter.

“138 hektar lahan pertanian terdampak, 26 hektar kebun terendam. Air yang sempat surut Minggu malam kembali naik. Tinggi muka air rata-rata antara 30-150 centimeter,” kata Abdul.
Dia memaparkan, mulai dari Kecamatan Lubuk Alung, Batang Anai, Sintuk Toboh Gadang, Ulakan Tapakih, 2×11 Enam Lingkung, Enam Lingkung, Nan Sabaris, hingga Kecamatan V Koto menjadi wilayah yang terdampak banjir tersebut.
Dari wilayah tersebut sementara ini juga dilaporkan bahwa ada dua dari 3.076 unit rumah yang terendam mengalami kerusakan akibat banjir, termasuk jalan penghubung antardesa, dua jembatan, satu bendungan, dua saluran irigasi, dan satu fasilitas sekolah dasar.
“Kerusakan juga terjadi pada jalan depan RSUD Padang Pariaman dan jalan rabat beton Korong Pasa Limau,” ujarnya menambahkan.

Kendati demikian, Abdul memastikan bahwa sebanyak 9.228 orang warga korban banjir saat ini sudah dalam pendampingan petugas gabungan.
BNPB melaporkan dari jumlah korban tersebut tercatat ada sebanyak 258 warga yang mengungsi ke mushala dan rumah yang tidak terdampak di Kampung Galaluang, Parik, dan Palak Pisang, sementara selebihnya bertahan di rumah masing-masing dan tetap dalam pendampingan tim petugas gabungan di bawah koordinasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Padang Pariaman. #Republika

News Feed