*JAKARTA* – Anggota DPR RI sekaligus Ketua MPR RI ke-15 dan dosen tetap Pascasarjana Universitas Pertahanan (Unhan), Fakultas Hukum Universitas Borobudur dan Universitas Jayabaya Bambang Soesatyo mendukung langkah Presiden Prabowo Subianto yang mengadakan lawatan luar negeri ke Tiongkok di tengah sorotan publik atas merebaknya aksi unjuk rasa di sejumlah kota di Indonesia. Kehadiran Presiden Prabowo di panggung diplomasi dunia sangat penting untuk menjaga kepercayaan internasional terhadap stabilitas Indonesia.
“Pesan yang ingin ditegaskan Presiden Prabowo kepada dunia adalah bahwa Indonesia tetap aman, tetap stabil, dan tetap terbuka bagi kerja sama internasional. Lawatan ini sekaligus menunjukkan bahwa pemerintahan baru tidak terguncang oleh dinamika dalam negeri. Justru inilah saatnya menampilkan Indonesia sebagai negara besar yang dewasa dalam berdemokrasi,” ujar Bamsoet saat memberikan kuliah Pascasarjana (S2) Fakultas Keamanan Nasional, Universitas Pertahanan, secara daring, di Jakarta, Rabu (3/9/25).
Ketua DPR RI ke-20 dan Ketua Komisi III DPR RI ke-7 ini menjelaskan, sejak resmi dilantik pada 20 Oktober 2024, Presiden Prabowo telah bergerak cepat meneguhkan kembali posisi Indonesia di percaturan global. Presiden Prabowo tercatat telah melawat ke berbagai negara strategis, mulai dari kawasan Eropa, Timur Tengah, Asia, hingga Amerika. Dari Belarus, Prancis, Belgia, Brasil, Arab Saudi, Rusia, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, Yordania, Turki, Qatar, Uni Emirat Arab, Mesir, India, Inggris, Peru, Amerika Serikat, hingga Tiongkok. Seluruh lawatan itu memperlihatkan keseriusan Indonesia memperkuat jejaring kemitraan global.
“Strategi diplomasi langsung yang ditempuh Prabowo melanjutkan tradisi politik luar negeri bebas aktif yang telah menjadi ciri khas Indonesia sejak era Presiden Soekarno. Politik non-blok dan bebas aktif bukan sekadar jargon, melainkan instrumen nyata untuk menjaga kemandirian bangsa sekaligus membuka ruang kerja sama dengan semua pihak,” tegas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini memaparkan, dampak diplomasi langsung Presiden Prabowo bukan hanya soal politik luar negeri, melainkan juga menyangkut ekonomi nasional. Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan, realisasi investasi asing pada triwulan II 2025 masih tumbuh positif, meski diwarnai dinamika sosial dalam negeri. Salah satu faktor yang memengaruhi kepercayaan investor adalah kepastian bahwa Indonesia tetap dihormati dan dipandang stabil di mata dunia.
“Itulah mengapa lawatan Presiden ke Tiongkok kali ini krusial. Karena Tiongkok adalah mitra dagang terbesar Indonesia dengan nilai perdagangan mencapai lebih dari USD 127 miliar pada tahun 2024. Menjaga hubungan baik dengan Beijing berarti menjaga denyut nadi perekonomian nasional,” kata Bamsoet.
Wakil Ketua Umum/Kepala Badan Bela Negara dan Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menambahkan, diplomasi langsung Presiden Prabowo harus dipahami sebagai strategi membangun trust building di tengah krisis geopolitik dunia. Ketika banyak negara terjebak dalam polarisasi akibat perang Rusia-Ukraina atau ketegangan di Laut China Selatan, Indonesia hadir sebagai penyeimbang yang kredibel.
“Kita tidak bisa hanya bicara dari Jakarta. Dunia perlu melihat langsung komitmen Presiden Indonesia yang hadir di meja perundingan, berbicara dari hati ke hati dengan para pemimpin dunia. Itulah cara kita menjaga posisi Indonesia sebagai middle power yang disegani,” pungkas Bamsoet. (*)