Cerita Empat Perempuan dalam Hidup Chairil Anwar

Budaya10,651 views

KESBANG.COM, JAKARTA –  Cinta dan perempuan adalah inspirasi bagi Chairil Anwar, meski dua hal itu pula yang membuat hidupnya terempas. Chairil banyak menulis sajak tentang itu.

Kini, kisah bersama perempuan-perempuan itu diangkat Titimangsa Foundation menjadi sebuah teater bertajuk ‘Perempuan Perempuan Chairil’. Happy Salma jadi produser pertunjukan.

“Chairil Anwar melalui karya-karyanya merupakan cermin sejarah untuk memaknai apa arti kemerdekaan manusia, juga kemerdekaan sebuah bangsa. Setidaknya esensi itulah yang mendorong saya mewujudkan mimpi mementaskan perjalanan hidup Chairil Anwar,” ujar Happy dalam siaran pers yang diterima CNNIndonesia.com.

Agus Noor yang sebelumnya menggarap pagelaran teater ‘Bunga Penutup Abad’ didapuk sebagai sutradara sekaligus penulis naskah bersama Hasan Aspahani dan penyair Ahda Imran.

Hasan sendiri sudah tidak asing dengan Chairil. Ia pernah menuliskan buku biografi berjudul Chairil. Itulah yang kemudian diadaptasi ke dalam cerita pertunjukan teater ini.

Nantinya, lakon ini akan tersaji dalam empat babak. Tiap babak satu perempuan: Ida, Sri, Mirat dan Hapsah. Keempatnya istimewa dan sangat menggambarkan sosok perempuan zaman itu.

Ida Nasution adalah mahasiswi, penulis hebat dan pemikir kritis. Ia bahkan bisa menyaingi intelektualisme Chairil ketika berdebat. Dalam pentas, ia diperankan Marsha Timothy.

Sri Ajati juga mahasiswi. Ia bergerak di tengah pemuda-pemuda hebat pada zamannya. Ikut main teater, jadi model lukisan dan gadis ningrat. Namun ia tetap tidak membeda-bedakan kawan. Ia bakal diperankan oleh Chelsea Islan dalam panggung teater itu.

Ada lagi Sumirat, seorang yang terdidik yang lincah. Ia tahu benar bagaimana menikmati keadaan, mengagumi keluasan pandangan Chairil, menerima dan membalas cinta Chairil dengan sama besarnya, meski akhirnya cinta itu kandas. Tara Basro akan memerankannya.

Ujungnya, Chairil disadarkan oleh Hapsah. Perempuan yang memberi anak pada Chairil itu begitu berani mengambil risiko mencintai Chairil karena tahu lelaki itu akhirnya akan berubah, meski itu terlambat. Tapi ia tahu Chairil menyadari bahwa dirinya benar.

Bersama Hapsah lah Chairil tahu ia lelaki biasa. Hapsah diperankan Sita Nursanti.

“Empat perempuan yang tak sama, empat cerita yang berbeda. Tanpa mengecilkan arti dan peran perempuan lain, tapi lewat cerita empat perempuan ini kita bisa mengenal sosok Chairil juga dunia yang hendak ia jadikan, serta zaman yang menghidupi dan dihidupinya,” demikian tertulis dalam keterangan pers untuk menggambarkan pentas teater itu.

Agus Noor menyatakan, lakon ‘Perempuan Perempuan Chairil’ bagaikan “biografi puitis” untuk sang penyair. Adegan dan percakapan Chairil bersama empat perempuan dihidupkan kembali berdasarkan puisi-puisinya. Itu tidak ada rujukan aslinya dan tak terkonfirmasi.

“Dengan pendekatan biografi puitis ini, penulisan lakon menjadi memiliki fleksibilitas tafsir, karena tak terlalu terbebani untuk menginformasikan sebanyak mungkin fakta-fakta seputar Chairil. Fakta-fakta dirujuk untuk mempertegas adegan, percakapan dan konflik.”

Hasan Aspahani yang menulis buku Chairil hanya bisa membenarkan bahwa di balik perjuangan dan kata-kata beraninya, Chairil dekat dengan beberapa perempuan. Mereka lah yang menjadi penyemangat dalam lahirnya beberapa karyanya.

“Bagi Chairil, perempuan adalah inspirasi. Ia mencintai dengan gebu dan rencana. Tak selalu berakhir bahagia, lebih kerap dihadang nestapa. Tapi bagi Chairil mencintai adalah kesadaran untuk berani menempuh risiko. Dia tak tertantang pada hidup yang tenang,” kata Hasan.

Lanjut Hasan, tak sampai seratus tulisan yang ditinggalkan Chairil dalam tujuh tahun masa produktifnya menulis. Jumlahnya sekitar 70 buah. Tapi mereka terus hidup, bahkan sampai “seribu tahun lagi,” seperti yang ditulis Chairil dalam puisinya yang berjudul Aku.

“Ya, Chairil hidup dan akan terus hidup dalam sajak-sajaknya,” tambahnya.

Chairil sendiri ditampilkan oleh pemain watak andalan Indonesia, Reza Rahadian.

Pentas ini juga dimeriahkan dengan hadirnya pemain pendukung yaitu Sri Qadariatin sebagai Perempuan Malam dan Indrasitas sebagai Affandi. Lakon yang mengangkat sosok penyair besar Indonesia ini akan diselenggarakan 11 dan 12 November 2017 di Taman Ismail Marzuki. (rsa/CNNIndonesia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed