Dari Diskusi “Lingkar Dialektika”: Chrisbiantoro Tegaskan Penolakan Soeharto Sebagai Pahlawan Bukan Komoditas Politik dan Bukan Isu Musiman

Featured, Nasional355 views

Dari Diskusi “Lingkar Dialektika”: Chrisbiantoro Tegaskan Penolakan Soeharto Sebagai Pahlawan Bukan Komoditas Politik dan Bukan Isu Musiman

 

Jakarta, Kesbangnews.com

 

 

Dalam forum diskusi “Lingkar Dialektika” yang berlangsung di Gedung Joang ’45, Chrisbiantoro menegaskan kembali bahwa penolakan terhadap pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto bukanlah isu yang muncul karena momentum politik tertentu. Ia menyebut bahwa perjuangan menolak pelupaan sejarah merupakan bagian dari perjalanan panjang masyarakat sipil Indonesia dalam menegakkan hak asasi manusia, demokrasi, dan integritas sejarah bangsa.

Chrisbiantoro menyoroti bahwa sejak awal Reformasi, wacana ini sudah ditanggapi dengan kritik tajam bukan hanya oleh aktivis HAM, melainkan juga oleh akademisi, keluarga korban, mahasiswa, dan kelompok masyarakat sipil. Penolakan ini bukan bersifat spontan atau reaksional, tetapi tumbuh dalam kesinambungan sejarah perjuangan melawan impunitas negara. “Jika sebuah isu diperjuangkan lebih dari satu dekade tanpa jeda, maka itu bukan komoditas politik. Itu tuntutan moral,” ujarnya.

Ia menyebut bahwa salah satu bukti paling nyata bahwa persoalan ini bukan isu musiman adalah keberlanjutan Aksi Kamisan, yang telah berlangsung sejak 2007 di depan Istana Negara. Aksi tersebut, katanya, adalah monumen hidup atas kegagalan negara menyelesaikan pelanggaran HAM masa lalu.

Selain itu, Chrisbiantoro menyebut penolakan ini lahir dari rekam sejarah panjang yang disertai ribuan halaman dokumentasi investigasi, laporan resmi Komnas HAM mengenai pelanggaran HAM berat, serta temuan penyelidikan para akademisi dan sejarawan.

“Penolakan ini bukan karena sentimen terhadap figur, tetapi karena konsekuensi sejarah. Jika negara mengabaikan fakta sejarah dan suara korban, maka bangsa ini telah menyerahkan dirinya pada amnesia nasional,” tambahnya.

Chrisbiantoro juga memperingatkan bahwa normalisasi narasi positif terhadap tokoh dengan rekam jejak kekerasan negara dapat membuka ruang bagi lahirnya kembali otoritarianisme dalam wajah baru.

News Feed