Diterjang Banjir dan Longsor Warga Jagapayung Desa Purba Baringin Hanya Bisa Pasrah

Daerah19 views


‎PAKKAT, HUMBAHAS – Air datang tanpa suara dan malam itu warga menganggap turunnya hujan, bagi mereka lumrah saja. Namun, siapa sangka hujan yang lebat ternyata membuat Aek Sipoti dan Aek Sibuluan meluap hingga meluber kejalan raya serta rumah warga.

‎Secara berlahan namun pasti, melubernya Aek Sipoti dan Aek Sibuluan, sebagian warga Dusun Jagapayung, Desa Purba Baringin, Kecamatan Pakkat, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara mulai gelisah dalam tidurnya, lantaran situasi kampung serasa tidak baik-baik saja.

‎Sebagian warga mulai berjaga-jaga, sesama mereka saling mengingatkan, ada yang berkata air semakin naik menunjukkan taringnya, dan ditengah hujan deras, bukit-bukit pun seakan tak mau diam.

‎Alam semesta di kampung itu begitu kompak, air sungai semakin naik, hujan pun terus meneteskan bagiannya, tidak ketinggalan pula bukit menurunkan tanah lalu terjadilah longsor. Jalan utama yang menghubungkan Dolok Sanggul-Pakkat akhirnya lumpuh total.

‎Dari kegelapan malam yang tak terpikirkan warga, banjir bandang pun meluncur deras menuju Dusun Jagapayung, menyapu apa yang ditemuinya sepanjang Rabu malam hingga Kamis, 27 November 2025 pagi hari.

‎Lumpur tebal menyelimuti rumah warga yang dekat bibir Aek Sibuluan, masuk ke dalam rumah, jalan raya penuh dengan tanah lumpur, entah kapan datangnya, warga pun kaget, karena peristiwa tersebut baru kali ini terjadi sepanjang sejarah.

‎Pagi-pagi benar warga memandang, kampung mereka seperti lautan lumpur tak terurus, tidak seperti sebelumnya, sibuk dengan aktifitas masing-masing. Namun hari itu warga bingung dan hening tak lagi mendengar hilir mudik kendaraan yang melintas.

‎Warga masih tertegun menyaksikan kampung mereka yang biasanya hijau, berubah menjadi kubangan lumpur tebal. Setidaknya ada 3 rumah milik warga yang ambruk tak lagi dapat ditempati. Warga pagi itu hanya mampu untuk menyaksikan rumah yang roboh.

‎Jalan terputus total, lahan sawah hancur, rumah roboh, makam warga pun dihantam air, ada pula makam tidak tampak lagi akibat ditutupi tanah lumpur yang dikirim air. Sebuah sekolah SD tenggenang hingga halaman depan tertutup air serta lumpur pekat. Bahkan, sebuah gereja HKI persis didepan sekolah ikut menerima hantaman air bercampur lumpur.

‎“Kami hanya bisa menyelamatkan diri. Semua terjadi begitu cepat,” kata salah satu warga yang ditemui relawan, dengan suara masih gemetar.

‎Dusun Jagapayung bukan wilayah yang asing dengan hujan deras, namun pagi itu berbeda. Air yang turun sepanjang malam membawa bongkahan kayu, tanah, dan batu, membentuk arus raksasa yang tak bisa ditahan.

‎Lahan pertanian sebagai napas utama masyarakat luruh seketika. Sawah-sawah yang harusnya siap memasuki masa panen, kini rata tidak lagi mengenali benihnya sendiri. Di antara reruntuhan tanah, pupus sudah harapan petani untuk hasil panen tahun ini.

‎“Musim ini kami terancam gagal panen total,” kata seorang petani sambil memandangi petaknya yang tinggal lumpur.

‎Dibibir sungai Aek Sibuluan, bangunan sekolah SD tampak seperti maket yang direndam air. Meja dan kursi terapung, buku-buku rusak, dan papan tulis yang masih menyimpan tulisan pelajaran sebelumnya.

‎Di gereja HKI Jagapayung lumpur menutup hampir seluruh halaman, menyisakan puing-puing usai diterjang air, dan banjir bandang. Rumah warga disekitar gereja juga jadi korban hantaman air dan lumpur hingga tak layak dihuni.

‎Namun di tengah kerusakan, warga tetap berpegang pada satu hal yaitu kebersamaan. Warga dan jemaat gereja saling bergandengan tangan membersihkan gereja, serta menyelamatkan barang yang masih layak digunakan.

‎“Yang hilang bisa dicari, yang roboh bisa dibangun kembali. Yang penting kami masih bersama,” ucap warga yang melihat sekolah dan gereja setelah air surut.

‎Tak ada yang tahu berapa lama Dusun Jagapayung, Desa Purba Baringin, Kecamatan Pakkat akan pulih. Tetapi setiap bencana selalu meninggalkan luka dan pelajaran. Dan hari ini, dari Jagapayung, kabar itu datang dengan getir bahwa alam tidak lagi bisa ditebak, namun manusia selalu bisa memilih untuk bangkit.

‎Adapun rumah yang ambruk adalah milik Tumpal Mandrofa, Marga Sibagariang dan Marga Simanullang. Kemudian, sekolah SD Negeri No 177054 Baringin Paranginan, lokasi Jagapayung, dan Gereja HKI Jagapayung, Resort Pakkat Tarabintang.

‎Peristiwa banjir bandang dan longsor pun sudah dilaporkan langsung ke Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), melalui Bupati Oloan Paniaran Nababan, dengan harapan pihak Pemkab Humbahas memberikan bantuan berupa sandang pangan supaya kampung tersebut lekas pulih kembali. (*)

News Feed