Ir. Tjahjo Ruruh Djatmiko Ir. MM, MBA
SESUAI INFORMASI informasi dibeberapa sumber diperoleh informasi Jumlah UKM di Indonesia 57 juta , dengan rincian Mikro 57.189.893 , Kecil 654.222, Menegah 52.106, dan Besar 5.066.UMKM mampu menyumbangkan 5.440 triliun rupiah (atas dasar harga berlaku) terhadap PDB Nasional,dengan prosentase Mikro 42,4 {45665f7ba399c739ef45db4b0b7facf8fd556e2bf7e2dcb92040db98cbf17eb2}, Kecil 14,5 , Menengah 12,8 {45665f7ba399c739ef45db4b0b7facf8fd556e2bf7e2dcb92040db98cbf17eb2}, dan Besar 30,3 {45665f7ba399c739ef45db4b0b7facf8fd556e2bf7e2dcb92040db98cbf17eb2}. menyerap tenaga kerja 114,14 Juta orang, menarik 1.655,2 triliun rupiah investasi.
Secara umum, dalam masa 5 tahun terakhir , kontribusi UMKM terhadap PDB nasional mengalami penurunan, dari 58,3 persen pada tahun 2008 menjadi 57,6 persen tahun 2013. Statistik UMKM tahun 2013 juga menunjukkan bahwa partisipasi UMKM dalam ekspor masih relative rendah, Mikro1,38 {45665f7ba399c739ef45db4b0b7facf8fd556e2bf7e2dcb92040db98cbf17eb2}, ecil 2,36 {45665f7ba399c739ef45db4b0b7facf8fd556e2bf7e2dcb92040db98cbf17eb2}.
Dalam menghadapi Pasar Global (MEA) disebutkan bahwa Di Indonesia proporsi UMKM terhadap keseluruhan unit usaha paling tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya, sekitar 99,9 persen. Kontribusi UMKM Indonesia terhadap ekspor masih relatif rendah dibandingkan Thailand dan Malaysia. UMKM di Thailand berkontribusi terhadap 25,5 persen total ekspor, sementara UMKM Malaysia sekitar 19 persen. Sedangkan UMKM Indonesia berkontribusi terhadap 15,7 persen total ekspor .Sebagian besar UMKM Indonesia,yaitu sekitar 48,9 persen bergerak dalam bidang usaha primer (pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan).
Berdasarkan data World Bank Enterprise Survey, dalam hal pengembangan tenaga kerja, persentase usaha di Indonesia yang memberikan pelatihan formal kepada tenaga kerja hanya berada pada kisaran 2,8 persen untuk usaha kecil dan 13,2 persen untuk usaha menengah.
Menurut data World Bank Enterprises Survey, pada tahun 2009 jumlah perusahaan kecil yang memiliki sertifikat mutu internasional hanya 1,6 persen sementara perusahaan menengah 6,3 persen. Nilai tersebut jauh dibawah Filipina (8,6 {45665f7ba399c739ef45db4b0b7facf8fd556e2bf7e2dcb92040db98cbf17eb2}, 18,6{45665f7ba399c739ef45db4b0b7facf8fd556e2bf7e2dcb92040db98cbf17eb2}) dan Vietnam (6 {45665f7ba399c739ef45db4b0b7facf8fd556e2bf7e2dcb92040db98cbf17eb2} , 13,2 {45665f7ba399c739ef45db4b0b7facf8fd556e2bf7e2dcb92040db98cbf17eb2}). Dari aspek kemudahan melakukan bisnis, Indonesia berada di peringkat tujuh dari sepuluh negara ASEAN. Dari sisi daya saing, Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Sifat pasif masyarakat Indonesia umumnya dianggap sebagai faktor utama penghambat sosialisasi MEA.
Program Pendampingan telah dilaksanakan oleh beberapa instansi pemerintah , swasta maupun beberapa individu , tetapi belum terstruktur , belum systematis dalam materi pendampingannya maupun pada implementasinya. Proses pendampingan dilaksanakan secara parsial dan tidak terintegrasi antara satu materi dengan materi lainnya. Riset tentang usaha mikro dari berbagai strata juga telah dilakukan. Tetapi feedback dari riset tersebut tidak dimanfaatkan untuk meningkatkan atau memberdayatan ukm yang menjadi object riset.
Palaku Usaha Mikro,kecil telah membuktikan bahwa mereka menjadi kekuatan ekonomi fundamental Indonesia. Karena peranya tersebut maka mestinya Pelaku usaha Mikro ini ditingkatkan pengetahuan bisnis secara menyeluruh diberikan insentif dalam proses produksi karyanya. Bukan Pelaku Usaha Mikro yang jumlahnya sangat besar 57 juta dilihat sebagai pasar untuk dijadikan object yang berselimut program bantuan yang sebenarnya aktifitas tersebut mengarah pada mencari peluang keuntungan dari pelaku usaha mikro tersebut. Jika hal ini terjadi maka pelaku usaha mikro akan terjebak dalam ketergantungan kondisi ekonomi yang pada saat ada krisis ekonomi lalu mengakibatkan beberapa perusahan besar dan menengah mengalami masalah maka juga akan melanda pelaku usaha mikro. Jika ini terjadi pada pelaku usaha mikro kekuatan fundamental ekonomi bangsa ini juga ikut terganggu. Yang lebih tepat adalah pelaku usaha mikro ini diberikan pendidikan yang berjenjang sesuai dengan tingkat pengetahuannya untuk mengelola bisnis menjadi lebih modern , sehingga bisa menghasilkan produk-produk yang berkualitas. Produk yang berkualitas pun belum cukup untuk bisa bersaing di pasar global dan belum cukup untuk bisa mengangkat pelaku usaha mikro menjadi pelaku usaha kecil atau menengah. Perlu adanya suatu innovasi yang lebih kreatif dari produk yang dihasilkan tersebut. Setelah didapat produk yang lebih kreatif maka pelaku usaha ini perlu di tambahkan pengetahuan tentang marketing on line.
Berangkat dari kondisi UKM kita tersebut , beberapa leader community ukm mikro dan beberapa pengamat ukm membentuk perkumpulan para leader community ukm dengan nama Forum UKM Digital Kreatif Indonesia (FUDiKI). FUDiKI memiliki semangat dan Harapan“UKM Mikro dan kecil naik kelas dan mengusai pasar Global menjadi sebuah kenyataan”.
Dengan Visi Membentuk Masyarakat Usaha Mikro dan Kecil DIGITAL yang berkarakter, berdikari, berdaulat , berkualitas sehingga terwujud UKM Digital Indonesia yang Kreatif untuk Memenangkan MEA dan Pasar Global. Beberapa hal yang dilakukan FUDiKI adalah membantu menyelesaikan kendala kendala usaha mikro ini dalam digital informasi. Proses pendampingan yang dilakukan menggunakan kurikulum yang berjenjang mulai dari level mula, menengah, mahir , kreatif , Digital hingga yang siap eksport. Sehingga UKM Mikro dan kecil memang benar benar direncanakan untuk bisa naik kelas dengan produk yang berkualitas dan lebih kreatif sehingga ketika masuk dunia Digital sudah benar benar siap dalam berbagai aspek melalui proses tarnsformasi digitalisasi proses bisnisnya, tidak instant serta merta tanpa pendidikan yang cukup langsung menjadi seller atau merchant buka toko online. Karena memang UKM Mikro dan kecil benar benar sudah direncanakan untuk Naik Kelas dan memenangkan MEA 2015- 2025 serta pasar global.
Dengan adanya synergy antar unsur yang terkait dalam merencanakan kesuksesan usaha mikro naik kelas dan bisa memenangkan MEA dan Pasar Global bukan menjadi hal yang mustahil dan bukan retorika saja tetapi menjadi kenyataan. Unsur unsur yang terkait tersebut antara lain yaitu para Akademisi, Bisnis , Community, Government, dan Media massa. Dengan proses Digitalisasi ini bisa melepaskan para pelaku usaha mikro dan kecil dari jeratan rentenir / tengkulak sehingga bisa menghasilkan produk yang kompetitif karena biisa mendapatkan bahan baku dengan mudah dan dengan harga biasanya. Usaha mikro dan kecil bisa menjadi Subject untuk mengantarkan mereka dalam menentukan perannya dalam perekonomian di Indonesia juga untuk pengembangan bisnisnya, bukan lagi menjadi object komoditi image suatu activity. Dengan digitalisasi maka para pelaku usaha mikro dan kecil akan membentuk dunia ecosystem tersendiri dari jenis usahanya masing masing.
Dengan Usaha Mikro dan kecil yang mampu berdikar, berdaulat , berkarakter, berkualitas maka Kejayaan Pelaku Usha Mikro dan kecil untuk memenangkan MEA dan pasar Global akan Menjadi Kenyataan.
__________________
Dipresentasikan Pada Forum Ekonomi Nusantara Expo 2017 Kemendagri, 19 Oktober 2017