Generasi Muda sebagai Penafsir Baru Pancasila: Hermeneutika Politik Menuju Indonesia Emas 2045

Nasional51 views

Foto: bersama Syafrudin Budiman, Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Nasional (Unas) Jakarta sekaligus Politisi Muda, Istimewa.

Foto: Istimewa

Jakarta – Pemuda Indonesia hari ini tidak lagi berjuang dengan senjata atau turun ke jalan melakukan demonstrasi politik semata. Generasi Z dan Milenial adalah generasi yang lahir dalam kemerdekaan, menikmati hasil perjuangan tanpa harus menumpahkan darah dan air mata seperti para pendahulu. Namun, tanggung jawab besar justru ada di pundak mereka: menafsirkan kembali arah bangsa dengan semangat baru.

Sejarah mencatat, sejak Proklamasi 1945 hingga Reformasi 1998, kaum muda selalu menjadi motor perubahan bangsa. Dari Sutan Sjahrir dan Amir Sjarifuddin yang masih belia memimpin kabinet, hingga mahasiswa 1966 dan 1998 yang mengguncang rezim, pemuda senantiasa berada di garis depan sejarah. Kini, setelah 27 tahun Reformasi, generasi muda mulai tampil dalam kepemimpinan nasional: di DPR, pemerintahan daerah, hingga sektor ekonomi dan sosial.

Menurut Syafrudin Budiman, Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Nasional (Unas) Jakarta sekaligus Politisi Muda PAN, generasi saat ini perlu melakukan Hermeneutika Politik Pancasila—menafsirkan kembali nilai dasar bangsa untuk menjawab tantangan menuju Indonesia Emas 2045.

“Hermeneutika ini bukan sekadar kajian filsafat, melainkan perlawanan terhadap penindasan, kemiskinan, korupsi, kesewenangan, budaya patriarki, oligarki politik, hingga radikalisme yang mengancam Pancasila dan keutuhan NKRI,” tandas Syafrudin dalam sebuah diskusi mengenai problematika generasi muda, Kamis (10/8/2025) di Jakarta.

Koordinator Nasional Aliansi Relawan Prabowo Gibran (ARPG) ini menekankan bahwa generasi muda harus tampil sebagai Intelektual Organik, memberi jawaban atas problem sosial, ekonomi, politik, dan hukum bangsa.

“Pancasila harus dimurnikan kembali. Bukan hanya jargon politik, melainkan menjadi gerakan nyata untuk membangun karakter bangsa, memperkuat moralitas, dan menegakkan keadilan sosial,” ujar Syafrudin yang juga Ketua Umum Relawan Barisan Pembaharuan 08.

Dalam konteks ekonomi, ia menekankan pentingnya orientasi pada Ekonomi Kerakyatan sebagaimana amanat Pasal 33 UUD 1945. Pemuda harus memperjuangkan UMKM, koperasi, dan ekonomi mikro agar mampu menciptakan kesejahteraan rakyat.

“Tidak akan ada kemajuan ekonomi tanpa keadilan sosial, dan tidak ada keadilan sosial tanpa penegakan hukum yang berpihak pada rakyat,” katanya.

Selain itu, Syafrudin menyerukan agar generasi muda aktif dalam partai politik kader, membangun konsolidasi antar kelompok strategis seperti perempuan, disabilitas, media, dan pelaku usaha. Dengan strategi yang energik dan inovatif, kader muda diharapkan melahirkan pemimpin bangsa yang tangguh.

“Negara Indonesia bukan sekuler, bukan pula negara agama. Indonesia adalah negara berketuhanan yang berlandaskan nilai profetik, kebangsaan, dan kemanusiaan. Pemuda harus menjaga hal ini,” tambahnya.

 

Syafrudin mengingatkan bahwa Pancasila memiliki tiga dimensi penting: realita, idealisme, dan fleksibilitas. Generasi muda, katanya, harus mampu menghidupkan kembali Pancasila dalam tindakan nyata di bidang politik, ekonomi, dan sosial agar cita-cita Indonesia Emas 2045 benar-benar terwujud.

(red)

 

 

News Feed