Hadiri Habibie Prize aKebangkitan Riset dan Inovasi Nasional*

Nasional318 views

 

*JAKARTA* – Anggota DPR RI sekaligus Ketua MPR RI ke-15 dan Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Bambang Soesatyo, mengapresiasi penyelenggaraan Habibie Prize 2025, ajang penghargaan bergengsi bagi tokoh ilmuwan Indonesia yang digagas oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Ajang Habibie Prize tahun ini merupakan penyelenggaraan ke-26 sejak pertama kali digagas pada tahun 1999 oleh almarhum Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden ke-3 RI sekaligus tokoh teknologi bangsa.

Habibie Prize 2025 diberikan kepada lima tokoh ilmuwan nasional dari berbagai bidang ilmu pengetahuan. Mulai dari hukum hingga bioteknologi, sebagai bentuk penghormatan atas kontribusi mereka terhadap kemajuan riset dan pembangunan bangsa. Para penerima penghargaan adalah Prof. Jimly Asshiddiqie, Prof. Muhammad Quraish Shihab, Prof. Anuraga Jayanegara, Dr. Rino Rakhmata Mukti dan Dr. R. Tedjo Sasmono.

“Habibie Prize adalah simbol komitmen bangsa untuk menempatkan ilmu pengetahuan di posisi terhormat. Melalui penghargaan ini, kita menegaskan bahwa kemajuan tidak hanya lahir dari modal ekonomi dan kekuasaan, tetapi juga dari kecerdasan, kerja keras, dan pengabdian ilmuwan terhadap kemanusiaan,” ujar Bamsoet usai menghadiri Habibie Prize 2025 di Jakarta, Senin (10/11/25).

Ketua DPR RI ke-20 dan Ketua Komisi III DPR RI ke-7 ini menilai, Habibie Prize menjadi momentum penting untuk memperkuat ekosistem riset nasional yang masih menghadapi tantangan klasik, seperti keterbatasan pendanaan, minimnya kolaborasi lintas sektor, serta rendahnya hilirisasi hasil penelitian. Karenanya, penghargaan Habibie Prize tidak boleh berhenti sebagai seremoni semata, tetapi harus menjadi pemicu perubahan paradigma nasional dalam melihat peran ilmu pengetahuan.

“Kalau negara ingin melangkah maju, maka yang pertama harus diperkuat adalah riset dan inovasi. Negara-negara maju sudah membuktikan, investasi di bidang sains adalah investasi jangka panjang yang paling menguntungkan. Di sinilah pentingnya penghargaan seperti Habibie Prize, karena memberi pengakuan dan kebanggaan sosial bagi para ilmuwan,” kata Bamsoet.

Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia dan Wakil Ketua Umum/Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini memaparkan, pemerintah perlu memperluas dukungan kepada para peneliti dalam bentuk pendanaan riset berkelanjutan, kolaborasi internasional, hingga fasilitas laboratorium berstandar global. Selain itu, perlu adanya integrasi antara hasil riset akademik dengan kebutuhan industri agar penelitian tidak berhenti di tataran teori.

“Kita perlu memastikan setiap hasil riset bisa diimplementasikan. Negara maju seperti Korea Selatan dan Jerman berhasil karena hasil risetnya langsung diadopsi industri. Kita harus ke arah itu,” ungkap Bamsoet.

Dosen tetap pascasarjana Universitas Pertahanan (Unhan), Universitas Jayabaya, dan Universitas Borobudur ini juga menekankan pentingnya regenerasi ilmuwan. Diharapkan penghargaan seperti Habibie Prize dapat menginspirasi anak muda Indonesia untuk berani berkarya dan berinovasi.

“Negara ini punya banyak potensi ilmuwan muda. Yang kita butuhkan adalah sistem yang menumbuhkan, bukan menghambat. Habibie Prize menjadi bukti bahwa jika kita memberi ruang, apresiasi, dan kepercayaan, ilmuwan Indonesia bisa berdiri sejajar dengan bangsa mana pun di dunia,” pungkas Bamsoet. (*)

News Feed