Haidar Alwi: Polri Presisi, Cerminan Pahlawan Republik di Abad Ke-21.*

Nasional284 views

 

Tidak semua pahlawan lahir di medan perang. Ada yang lahir di tengah lalu lintas yang padat, di jalan-jalan sepi yang dijaga tanpa tidur, atau di dalam hati seseorang yang memilih jujur meski dunia menentangnya. Pahlawan tidak selalu berwajah gagah dan membawa senjata, kadang mereka mengenakan seragam sederhana, memegang pena laporan, dan menjaga ketertiban agar rakyat bisa tidur dengan tenang. Mereka mungkin tak pernah dikenal, tapi dari keberanian dan ketulusannya, sebuah bangsa tetap berdiri tegak.

Dalam pandangan R. Haidar Alwi, pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, sekaligus Dewan Pembina Ikatan Alumni ITB, jiwa pahlawan itu kini hidup dalam sosok-sosok Polri yang menjalankan tugas dengan semangat Presisi, ketepatan berpikir, ketepatan bertindak, dan ketepatan hati. Menurutnya, Polri Presisi bukan sekadar program atau slogan, melainkan cermin moral dari keberanian yang berakar pada nurani. *“Pahlawan masa kini tidak lagi mengangkat senjata, tetapi mengangkat tanggung jawab. Mereka tidak menaklukkan musuh di luar, melainkan menaklukkan ego di dalam,”* tegas Haidar Alwi.

*Dari Pejuang Kemerdekaan ke Pelindung Kehidupan.*

Zaman berganti, tetapi makna keberanian tetap sama. Jika dahulu pahlawan bertempur di medan Surabaya, kini pahlawan berjuang di jalanan, di pos jaga, di tengah konflik sosial, atau di balik layar ruang digital yang rawan fitnah. Mereka tidak berperang melawan penjajah, tetapi melawan ketakutan, kebencian, dan kekacauan moral yang dapat menghancurkan bangsa dari dalam.

Haidar Alwi menilai bahwa Polri Presisi adalah perwujudan nilai-nilai kepahlawanan yang menyesuaikan zaman. Di era ketika kebenaran mudah dipelintir dan keadilan mudah dibeli, Polri diharapkan menjadi jangkar kepercayaan rakyat. *“Ketika rakyat merasa aman, di situlah jiwa kemerdekaan hidup kembali. Dan ketika polisi bekerja dengan hati, di situlah pahlawan menemukan bentuk barunya,”* ujar Haidar Alwi.

Menurutnya, tantangan terbesar polisi modern bukan lagi sekadar melawan kejahatan, melainkan menjaga moralitas di tengah kebisingan dunia. Karena tugas menjaga hukum bukan hanya soal peraturan, tetapi tentang menjaga rasa percaya. *“Bangsa ini bisa kuat hanya jika rakyat percaya bahwa yang berseragam masih berhati nurani. Tanpa itu, hukum menjadi huruf tanpa jiwa,”* jelas Haidar Alwi.

*Pahlawan Hidup di Tengah Zaman yang Bising.*

Haidar Alwi menjelaskan bahwa kepahlawanan di masa kini tidak selalu tentang mati demi negara, tetapi tentang hidup dengan keberanian moral. Polisi yang menolak suap, anggota yang menegakkan hukum tanpa pandang bulu, atau petugas yang menolong warga tanpa kamera, merekalah pahlawan hidup yang sesungguhnya. Mereka menjaga bangsa bukan dengan pidato, tapi dengan tindakan nyata di tengah risiko dan godaan yang tak pernah berhenti.

*“Menjadi polisi yang presisi berarti menjaga kebenaran dengan teliti, dan berbuat adil dengan hati-hati. Pahlawan sejati bukan mereka yang ingin dikenang, tapi mereka yang ingin bangsanya selamat,”* ujar Haidar Alwi.

Haidar Alwi juga menegaskan bahwa keberanian di abad modern lebih berat daripada keberanian di medan perang. Dulu musuh datang dengan seragam, kini musuh datang dalam bentuk sistem, godaan, dan ketakutan sosial. Karena itu, Polri yang berani menjaga integritas di tengah tekanan, adalah pelanjut ruh pahlawan yang dulu menolak tunduk kepada penjajahan. *“Keberanian fisik bisa lahir dari amarah, tapi keberanian moral hanya lahir dari cinta,”* tegas Haidar Alwi.

*Menyalakan Api Kepahlawanan untuk Generasi Muda.*

Haidar Alwi mengajak generasi muda Indonesia untuk menyalakan kembali api kepahlawanan di dalam dirinya. Menurutnya, menjadi pahlawan di abad ke-21 tidak berarti harus mengorbankan nyawa, tetapi mengorbankan ego dan kemalasan demi kemaslahatan bersama. *“Anak muda hari ini bisa menjadi pahlawan di ruang kelas, di media sosial, di tempat kerja, atau di jalan-jalan sunyi. Asalkan ia berani berlaku benar dan menolak ketidakadilan,”* jelas Haidar Alwi.

Haidar Alwi menilai, Polri Presisi mengajarkan keteladanan yang penting bagi generasi penerus: ketepatan sikap, kesetiaan pada kebenaran, dan keberanian untuk bertanggung jawab. *“Kepahlawanan bukan warisan, tetapi latihan jiwa. Dan jiwa itu tumbuh ketika seseorang berani menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan diri,”* kata Haidar Alwi.

*Ucapan dan Doa dari Keluarga Besar Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute.*

Dalam momentum Hari Pahlawan 10 November, keluarga besar Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute menyampaikan penghormatan dan doa mendalam kepada seluruh pahlawan bangsa, mereka yang telah gugur di masa lalu, maupun yang masih berjuang dengan sunyi di masa kini.

*“Kami menghaturkan rasa hormat setinggi-tingginya kepada seluruh anggota Polri yang setia menjaga keamanan, keadilan, dan ketenangan rakyat Indonesia. Semoga semangat kepahlawanan senantiasa hidup dalam diri setiap insan Polri, setiap relawan, dan setiap anak muda yang berbuat tulus bagi negerinya.”*

Bagi Haidar Alwi, kepahlawanan adalah cermin kesadaran. Ia tidak butuh pangkat, tidak butuh tanda jasa. *“Pahlawan sejati tidak menunggu bendera dikibarkan untuk berjuang. Ia hadir dalam setiap tindakan yang benar, dalam setiap pilihan yang jujur, dan dalam setiap keberanian yang sederhana,”* jelas Haidar Alwi.

Bangsa besar tidak lahir dari kemakmuran, tetapi dari keberanian menjaga nilai. Kepahlawanan adalah warisan tak terlihat yang terus menyala di dada orang-orang yang setia pada nurani. Polri Presisi adalah bukti bahwa semangat itu belum padam, bahwa di tengah dunia yang bising, masih ada yang memilih berjalan di jalan yang sunyi, tapi benar.

*“Selama masih ada polisi yang jujur, rakyat yang peduli, dan pemuda yang berpikir untuk negeri, Indonesia tidak akan pernah kehilangan pahlawan.”*pungkas Haidar Alwi.

News Feed