Harun Zain: Jejak Anak Pariaman di Tanah Perantauan

Tokoh14 views

 

Lahir dari keluarga guru dan intelektual Minangkabau, Harun Zain menapaki perjalanan panjang dari rumah ilmuwan di Pariaman hingga ruang-ruang ilmu di Jakarta dan Amerika. Di mana pun ia berada, darah Minangnya tetap mengalir — membawa nilai kecerdasan, keberanian, dan pengabdian pada bangsa.

Pada 1 Maret 1927, di tengah semangat zaman yang bergolak menuju kemerdekaan, lahirlah Sutan Harun Al Rasyid Zain, anak keenam dari tujuh bersaudara. Ia adalah buah hati pasangan Prof. Sutan Muhammad Zain, pakar bahasa Indonesia yang disegani, dan Siti Murin, perempuan tangguh dari Pariaman. Dari keluarga ini mengalir darah cendekia sekaligus jiwa perantau — perpaduan yang kelak membentuk karakter kuat seorang pemimpin berilmu, berprinsip, dan berjiwa rakyat.

Sejak kecil, Harun sudah mengenal arti disiplin dan keuletan. Ia menghabiskan masa kanak-kanak dengan berpindah-pindah kota di Pulau Jawa — Bandung, Batavia, Yogyakarta, hingga Surabaya — mengikuti tugas sang ayah sebagai guru. Dalam setiap perpindahan, Harun kecil belajar menyesuaikan diri, menyerap semangat kemajuan, dan menghargai keberagaman. Namun di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota, ia tak pernah lupa asalnya: anak Pariaman, pewaris adat, bahasa, serta nilai-nilai kejujuran dan kerja keras dari ranah Minang.

Ayahnya, Prof. Sutan Muhammad Zain, dikenal tegas dalam mendidik anak-anaknya. Ia menanamkan kecintaan pada ilmu, berpikir logis, serta tanggung jawab moral seorang terpelajar. Rumah mereka dipenuhi buku dan percakapan ilmiah — suasana yang melahirkan generasi yang berpikir tajam namun tetap rendah hati. Dari sinilah fondasi intelektual dan etika Harun terbentuk: menjadi cerdas tanpa kehilangan empati, dan berilmu tanpa tercerabut dari akar budaya.

Ketika Indonesia memasuki masa revolusi, Harun muda tidak memilih diam. Ia ikut terjun dalam barisan pelajar dan pemuda yang memperjuangkan kemerdekaan di Surabaya, salah satu kota yang menjadi saksi keteguhan generasi muda Republik. Semangatnya bukan semata hasil didikan rumah, melainkan buah dari keyakinan bahwa ilmu harus berpihak pada rakyat dan kemerdekaan.

Perjalanan hidup Harun Zain kemudian menuntunnya ke dunia akademik dan pemerintahan. Ia dikenal sebagai sosok cendekiawan yang teguh memegang nilai integritas, disiplin, dan tanggung jawab sosial. Dalam setiap peran yang diembannya — sebagai dosen, birokrat, atau pemimpin — Harun selalu berpijak pada prinsip yang diwariskan keluarganya: bahwa ilmu dan pengabdian tak bisa dipisahkan.

Dari rumah keluarga ilmuwan di Pariaman hingga gelanggang dunia pendidikan dan pemerintahan di Jakarta, langkahnya senantiasa berpijak pada akar yang sama: cinta pada tanah air, penghormatan pada ilmu, dan keyakinan bahwa bekerja untuk bangsa adalah ibadah tertinggi.

Sc wikipedia

News Feed