Malam di Tai Po itu seharusnya menjadi malam biasa. Bayi kecil majikannya baru saja tertidur pulas, sementara Erawati — perempuan 37 tahun asal Dampit, Jawa Timur — menutup jendela sambil menarik napas lega setelah seharian bekerja. Di negeri orang, ia hanya punya dua pegangan hidup: doa ibunya, dan foto anaknya yang sudah mulai tumbuh besar.
Tapi tak ada yang menduga…
Dalam hitungan menit, asap tebal merayap dari lantai bawah, alarm meraung memecah kesunyian, dan udara berubah menjadi panas yang membakar kulit.
Erawati terbangun. Panik. Nafas tercekat. Namun hal pertama yang ia pikirkan bukan dirinya… melainkan bayi majikannya yang sedang tidur lelap.
Ia berlari, menggendong si kecil yang baru berusia 3 bulan itu, dan mencari celah untuk keluar. Tangga berubah menjadi tungku, lift tak bisa digunakan, dan asap pekat membuat pandangan kabur. Semua orang berlarian, menjerit, berusaha menyelamatkan diri.
Namun di tengah kekacauan itu —
Erawati memilih bertahan.
Ia menutupi tubuh sang bayi dengan tubuhnya sendiri. Ia memeluknya begitu erat, seolah dunia runtuh pun tak akan dilepaskannya.
“Kalau aku tidak bisa keluar… setidaknya bayi ini harus selamat.”
Itu mungkin kalimat yang hanya sempat terlintas dalam hatinya.
Dan di situlah akhir dari perjalanan panjang seorang perempuan tangguh dari Dampit.
Ketika petugas pemadam akhirnya masuk ke dalam, mereka menemukan Erawati sudah tak bernyawa—
dengan bayi itu masih berada dalam pelukannya.
Bayi itu selamat.
Air mata tumpah dari banyak orang bukan hanya karena tragedi kebakaran itu…
Tetapi karena kisah pengorbanan seorang TKW yang tak dikenal dunia, namun memiliki hati seagung para pahlawan.
Di kampung halamannya, kabar itu menusuk seperti duri. Ibu Erawati tak sanggup berdiri saat mendengar berita itu. Anak-anaknya tak bisa memahami mengapa seorang ibu harus meninggal sejauh itu — di tempat yang bahkan tak pernah mereka kunjungi.
Erawati pergi tanpa pamit.
Pergi saat sedang berjuang, seperti yang selalu ia lakukan sepanjang hidupnya.
Pergi sambil melakukan hal yang paling ia kuasai: melindungi orang lain dengan sepenuh hati.
Di negeri asing itu, ia mungkin hanyalah “pembantu rumah tangga”.
Tapi di mata Tuhan, di mata orang-orang yang masih punya nurani, dan di mata bayi kecil yang ia selamatkan…
Ia adalah pahlawan.
Pahlawan tanpa nama.
Pahlawan yang pulang dalam peti jenazah, tapi meninggalkan cinta yang lebih besar daripada rasa takutnya.
#kisahnyata
#TKW
#hongkongtpo










