Peringat HUT Sumpah Pemuda, Kemenko Polhukam Gelar Forum Koordinasi dan Sinkronisasi Wawasan Kebangsaan

Daerah19,983 views

KESBANG.COM, BOGOR – Momentum peringatan Hari Santri dan Hari Sumpah Pemuda merupakan upaya kita untuk menegaskan kebersatuan kita ditengah keberagaman bangsa Indonesia untuk bersama-sama mengambil bagian dalam upaya Bela Negara dalam menghadapi tantangan dan ancaman bangsa.

Ancama itu berupa intoleransi, radikalisme, narkoba, korupsi, kesenjangan sosial ekonomi, kemiskinan, kebodohan, illegal fishing, illegal mining, dan propaganda/hoax (Sosmed).

Pernyataan itu disampaikan  Deputi Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa Kemenko Polhukam, Arief P. Moekiyat  pada Forum Koordinasi dan Sinkronisasi Wawasan Kebangsaan yang diselenggarakan atas kerjasama Kemenko Polhukam dengan Pengurus Pusat  Rabithah Ma’ahid Islamiyah (PP RMI) dan Kemenpora di Bandung, Jumat (27/10/ 2017).

Kegiatan bertema “Peran Santri dalam Bela Negara (Siapa Kita? Indonesia, Apa Ideologi Kita? Pancasila, Apa Kewajiban Kita? Bela Negara” ini  dihadiri Rektor Universitas  Islam Nusantara beserta Civitas Akademika, pejabat sipil, TNI dan Polri, narasumber, santri pondok pesantren dan masyarakat umum laninya.

Menurut Arief, sumbangsih terbesar para pendiri dan pejuang bangsa, selain mewariskan bangsa Indonesia yang merdeka, juga telah mewariskan pedoman bagaimana merawat dan membangun bangsa ini yakni yang kita kenal dengan Empat konsensus Dasar Bangsa (Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka tunggal Ika).

“Empat konsensus ini harus dijaga oleh generasi penerus bangsa,” pinta Arief.

Dia menjelaskan, pemerintah atas jasa umat Islam telah memberi hadiah kepada umat Islam dengan penetapan Hari Santri pada tanggal 22 Oktober berdasarkan Keppres Nomor 22 Tahun 2015.  Penetapan pada tanggal 22 Oktober merujuk pada ditetapkannya seruan  Resolusi Jihad pada tanggal 22 Oktober 1945 oleh para Santri dan Ulama Pondok Pesantren yang mewajibkan setiap Muslim untuk membela Tanah Air dan mempertahankan kemerdekaan NKRI dari serangan penjajah.

“Di pondok, ternyata Santi selain dididik agama juga dididik tentang Bela Negara dan itu sudah dibuktikan dengan mengusir penjajah dari bumi Nusantara,” tegasnya.

Tetapi tantangan itu, kata Arief sudah multidimensi, dan tidak lagi bersifat konvensional atau fisik semata, akan tetapi sudah berkembang baik fisik maupun non fisik. Ancaman berkembang menjadi bersifat multidimensi karena karakter ancaman dapat bersumber dari ideologi, politik, ekonomi, maupun sosial budaya.

Kondisi melemahnya pondasi kebangsaan tersebut tampaknya menjadi lahan subur munculnya berbagai ancaman, salah satunya adalah kian terkikisnya kerukunan bangsa serta perkembangan paham radikalisme yang menjadi bibit munculnya terorisme yang kian mengkhawatirkan. Radikalisme nyata-nyata mengembangkan nilai-nilai dan faham yang bertentangan dengan Pancasila.

Karena itu, dengan mamaknai Hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober, merupakan upaya kita untuk menegaskan kebersatuan kita ditengah keberagaman bangsa Indonesia, untuk bersama-sama mengambil bagian dalam upaya Bela Negara dalam menghadapi yang multi dimensi itu. (Zul)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed