KESBANG.COM, JAKARTA – Presiden Joko Widodo mengaku sempat bingung saat mengambil bendera dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) pada upacara penurunan bendera di Istana Merdeka Jakarta (17/8/17).
“Saya kan enggak pakai geladi, yang saya lihat geladi pagi, yang sore saya tidak ingat,” kata Presiden Joko Widodo ketika silaturahim dengan Paskibraka dan teladan nasional 2017 di Istana Negara Jakarta, kemarin.
Ia menyebutkan saat pembawa bendera naik dan sampai di depannya, ia pun berbisik-bisik kepada pembawa bendera.
“Saya bisik-bisik ke pembawa bendera. ‘Ini diambil bendera dengan bakinya atau benderanya saja’.’’
Presiden sempat mengambil bendera dengan bakinya, tapi kemudian pembawa bendera memberi tahu bahwa yang diambil cukup benderanya saja.
“Saya sudah sempat ambil sama bakinya, tapi kemudian saya ganti. Tidak ada yang tahu kan,” kata Jokowi sambil menanyakan kepada hadirin apakah ada yang tahu dirinya sempat berbisik-bisik itu.
Ia menyebutkan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang berada di dekatnya juga tidak mengetahui hal itu.
“Pak Wapres yang dekat dengan saya tidak tahu. Itulah perlunya geladi,” kata Jokowi dalam acara yang juga dihadiri Jusuf Kalla.
Selain itu, Presiden menyampaikan pentingnya menjaga keberagaman Indonesia bersama-sama.
Menurutnya peringatan HUT ke-72 Kemerdekaan Indonesia juga untuk mengingatkan kebinekaan yang dimiliki bangsa Indonesia.
“Kita sudah melihat bersama aca-ra peringatan hari ulang tahun ke-72 proklamasi kemerdekaan berjalan baik dan yang paling penting pesan yang ingin kita sampaikan pada perayaan 17 Agustus kemarin adalah keberagaman.’’
Pada kesempatan itu, Presiden meminta Gian Ramadhan Manggala Putra, anggota Paskibraka asal Kepulauan Riau mengisahkan pengalamannya.
Kepada Presiden, Gian bercerita dirinya mengalami kesulitan bahasa ketika berkomunikasi dengan anggota Paskibraka asal Papua.
“Teman dari Papua logatnya khas dan cepat. Awal-awal sulit paham, tapi lama-lama tidak ada masalah,” ujarnya.
Gian mengaku paham perbedaan yang ada itu tak semestinya dijadikan sebagai sebuah penghalang. Maka itu ia dan semua rekan-rekannya menyesuaikan diri dengan keragaman yang ada.
“Jadi Gian tahu dan terasa bahwa kita ini berbeda-beda. Belum kalau seperti kemarin kita berpakaian dengan pakaian adat yang berbeda. Ya itulah kemajemukan kita, keanekaragaman kita,” kata Presiden menanggapi kisah Gian.
Presiden menegaskan perbedaan bahasa, agama, dan suku merupakan jati diri bangsa. Semua pihak tidak perlu memaksakan diri atau kehendak untuk membuat semuanya seolah sama.
‘’Inilah anugerah yang telah diberikan Tuhan kepada bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, kemajemukan harus menjadi kekuatan bangsa Indonesia menuju negara sejahtera dan maju,’’ ujar Presiden. (Mdi)
NG.COM,