Refleksi Anak Betawi untuk Negeri Digital: Pembangunan, Keberanian, dan Keadilan Sosial di Era Prabowo–Gibran

Oleh: David Darmawan
Direktur Utama PT Betawi Global Korporatindo
Pendiri SOCENTIX
Mantan Dirut PT Redland Asia Capital Tbk (IDX: PLAS)
Ketua Umum Ormas Betawi Bangkit

ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ ʾas-salāmu ʿalaykum.

JAKARTA — Sebagai anak Betawi tulen, saya percaya pada makna persatuan dan semangat kebangsaan yang kini dihidupkan kembali di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Dalam bingkai Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2024 tentang Daerah Khusus Jakarta (DKJ), kita menyaksikan momentum penting bagi kebangkitan identitas Betawi sebagai tuan rumah sejarah sekaligus penggerak peradaban masa depan.

Semboyan Latin “Per Imperium Venit Pax” melalui pemerintahan datanglah kedamaian — menemukan relevansinya kembali. Pemerintahan yang kuat bukan tentang kekuasaan semata, melainkan tentang keberanian moral menjaga keadilan bagi seluruh rakyat, termasuk di tengah kompleksitas era ekonomi digital.

*Di Balik Angka dan Algoritma: Potret Ketimpangan Ekonomi Digital*

Dalam refleksi perjalanan ekonomi nasional, saya menyoroti fenomena yang mencuat dari laporan keuangan sejumlah korporasi teknologi, termasuk PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).

Kesuksesan finansial perusahaan ini patut diapresiasi, namun juga perlu dikaji secara kritis terutama dari sisi transparansi, etika, dan kesejahteraan mitra kerja, yang menjadi tulang punggung operasional mereka.

Berdasarkan laporan keuangan hingga Kuartal III 2025, terdapat indikasi bahwa profitabilitas GOTO banyak bergantung pada penerapan algoritma “black box” yang tidak sepenuhnya transparan, dan berpotensi menekan kesejahteraan mitra pengemudi di lapangan.

Perusahaan mencatat laba sebelum pajak “yang disesuaikan” (adjusted) sebesar Rp 62 miliar, namun istilah “yang disesuaikan” itu sendiri menyisakan tanda tanya besar:
beban operasional apa yang dikeluarkan dari perhitungan tersebut? Apakah di antaranya termasuk hak-hak mitra yang seharusnya ditanggung perusahaan?

Sementara itu, pertumbuhan Gross Transaction Value (GTV) sebesar 43% menjadi Rp 102,8 triliun dan kenaikan pendapatan bersih 21% tidak diikuti dengan bukti peningkatan penghasilan mitra secara proporsional.
Jurang ini menegaskan bahwa efisiensi digital tidak selalu berarti kesejahteraan manusia.

*Etika, Hukum, dan Panggilan Akuntabilitas*

Ketidaktransparanan dalam penyajian laporan keuangan dan pengelolaan algoritma berpotensi menabrak prinsip Good Corporate Governance (GCG) dan nilai dasar etika bisnis.
Praktik semacam ini dapat dikategorikan sebagai eksploitasi ekonomi terselubung, di mana perusahaan memanfaatkan ketergantungan mitra terhadap platform tanpa memberi ruang bagi keadilan.

Dalam konteks pemerintahan yang kini fokus pada pembangunan manusia dan digitalisasi nasional, praktik tersebut menuntut intervensi regulatif.

Pemerintah melalui lembaga terkait OJK, KPPU, dan Kementerian Ketenagakerjaan perlu mendorong langkah konkret:

1. Transparansi algoritma, agar mitra memahami mekanisme penentuan penghasilan mereka.
2. Audit etika digital, memastikan teknologi tidak menjadi alat eksploitasi.
3. Penegakan hukum dan moralitas bisnis, agar pertumbuhan ekonomi tidak mengorbankan keadilan sosial.

Refleksi untuk Pemerintahan Prabowo–Gibran

Pemerintahan Prabowo–Gibran mewarisi tanggung jawab besar untuk menata ulang etika ekonomi di era digital.
Keberanian mereka dalam mengusung revolusi pangan, energi, dan teknologi harus diimbangi dengan revolusi moral dalam dunia korporasi dan keuangan digital.

Di sinilah peran bangsa termasuk masyarakat Betawi untuk mengawal agar semangat gotong royong tidak tenggelam dalam arus kapitalisme algoritmik.

Sebagai anak Betawi, saya percaya bahwa masa depan bangsa akan ditentukan oleh keberanian menegakkan keadilan dan kejujuran.

Izinkan saya menutup dengan pantun:

“Di atas daratan ade gunung,
Di atas gunung ade langit.
Buat kite anak Betawi jangan bingung,
Karna SK kite ude turun dari langit!”

Kalau ada salah itu milik aye,
Kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. (Bar.S)

Editor : Endy.S

News Feed